Aman, Inflasi di Bali Masih Terjaga di Level 0,10 Persen
Pada bulan Oktober 2019 terjadi sedikit tekanan harga di Provinsi Bali. Peningkatan tekanan harga terutama didorong meningkatnya permintaan.
Hal ini, sejalan dengan adanya beberapa perayaan keagamaan dan kebijakan pengurangan day old chicken (DOC) oleh Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) di awal September 2019, mendorong kenaikan harga daging ayam di Oktober 2019, khususnya di Denpasar.
Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali, Trisno Nugroho, Selasa (05/11/2019) menjelaskan, pada Oktober 2019, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar (-) 0,58 persen (mtm).
Pencapaian inflasi Bali Oktober ini, tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,02 persen (mtm).
Sementara itu, secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,73 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional sebesar 3,13 persen (yoy).
Dengan demikian, inflasi Bali pada Oktober 2019 masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional di bawah 4 persen (yoy). Inflasi terjadi pada Kota Denpasar sebesar 0,15 persen (mtm), sedangkan Kota Singaraja deflasi sebesar (-) 0,14 persen (mtm).
Di Kota Denpasar, inflasi bersumber dari peningkatan harga pada kelompok bahan makanan sebesar 1,06 persen dan kelompok perumahan, listrik, air, dan gas sebesar 0,13 persen. Sedangkan kelompok lainnya mengalami deflasi.
Sementara deflasi di Singaraja bersumber dari penurunan harga yang cukup dalam pada kelompok bahan makanan, yaitu sebesar (-) 1,23 persen.
Realisasi Inflasi yang terjadi di Bali pada Oktober 2019, menunjukkan perbedaan bila dibandingkan dengan realisasi inflasi pada Oktober di tahun-tahun sebelumnya, di mana dalam empat tahun terakhir Provinsi Bali selalu mencatat deflasi.